Di sudut perpustakaan itu
Pada secarik catatan, diam-diam
kutulis sajak buatmu.
Latar belakangku deretan rak
penuh buku-buku. Di sampingku
setumpuk antologi puisi:
yang liris, yang sureal,
yang biasa dibuat koar-koar
di atas mimbar.
Ah, pertemuan kita tak teramat naif
Lebih arif dari sekadar kencan buta
(pada suatu Sabtu, kau pinjami aku
sebuah buku. Dengan tinta
merahmuda, tertera di sudutnya:
cinta berawal dari pustaka…)
Di sudut lain, di sebelah rak
dengan tanda 895: Sastra Indonesia
Seseorang dengan mata pedih, berkata lirih:
“kembalilah ke dunia nyata, hai kau Penyair Muda!”
Tik-tok waktu tiba-tiba
henti membatu
Sial! Hilang kemana
kertas catatanku?
Yogyakarta, 24 Maret 2011