Mungkin sudah lebih dari tiga ratus sekian hari
tak juga kutemukan alasan untuk menulis puisi
Barang sebait saja serasa tak pernah ini pena
mampu menyelesaikan lembar kerjanya
Langkahku gontai menyusuri antah-berantah,
tentang mana yang tidak dan mana yang pantas
Atau sudah waktunya menulis ulang sejarah
supaya lepas-jebak dari kisah cinta yang tak tuntas
Hingga pada suatu hujan, kau datang padaku
dengan tatapan-anak-kecil dari kedua matamu
Entah mengapa rongga dada ini pelan-pelan terbuka
lalu ribuan kupu-kupu masuk dan beterbangan di dalamnya
Jangan terburu-buru, kau belum kenal betul siapa aku
Aku perempuan biasa, bukan Maria Yang Tanpa Cela
Lantas bagaimana mungkin dosa
bakal dicatat lipat ganda, bila ternyata:
saat kuselami dalamnya palung hatimu
kutemukan dari mana asal-usulku
saat kujelajahi luasnya padang nalarmu
langkahku kini tak lagi ragu?
Tapi sesungguhnya: di hatiku tidak ada apa-apa
Selain berlembar-lembar catatan trauma
yang mungkin takkan pernah selesai kau baca…
(Pelan-pelan air matamu titis, serasa ingin kuseka
Kenapa pula di luar gerimis seolah tak pernah reda?)
Manisku, mencintaimu adalah
memaafkan segala kesalahan masa lalu
Yang bahkan tak pernah, dan takkan pernah
dengan sengaja kau tujukan padaku.
(Yogyakarta, 18 April 2015)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tentang Saya
- Damar Nugrahono Sosodoro
- Yogyakarta, DIY, Indonesia
- Tarung batin antara apollonian dan dionysian, meski tidak pernah memenangkan siapa-siapa. Senang berkenalan dengan Anda!
0 komentar:
Posting Komentar