Apa yang salah dengan cinta?
Sebuah perkenalan pada suatu sore yang sejuk, menautkan dua wajah dalam satu wadah. Dari setitik ketidaktahuan bergulir dan menggelinding perlahan menjelma segumpal pemahaman. Jabat tangan selalu berhasil mengusir kesusahan. Adalah sebentuk kecintaan, yang lalu menjadikannya sekadar waktu luang atau bahkan sebesar-besar pengorbanan.
Apa yang salah dengan cinta?
Seutas benang waktu mengubah cara pandang masing-masing anak manusia. "Siapa kau sebenarnya?", desah suara dalam sukma yang bertanya-tanya. Kebingungan yang membikin kejangkitan, menikmatinya perlahan-lahan seperti seruput kopi pekat di tengah malam dingin laknat. Aku yang kaget hampir mati, ketika sontak kau pegang saja tangan ini. Ah... sesederhana itu rasa cinta datang, tanpa pernah lebih dulu beruluk salam. Kejangkitan kebingungan, kejangkitan kebingungan!
Apa yang salah dengan cinta?
Lalu perlahan satu-dua-tiga pertanyaan muncul ke permukaan. Menantang nalar menjadi belati, menantang hati menjadi akar. Benarkah aku mencintaimu, benarkah begitu? Benarkah kau mencintaiku, akankah selalu? Kita melangkah gontai pada seutas tali yang bisa putus kapan saja. Terbata-bata mendoa, atau bertanya pada diri yang mengada. Dan lalu masing-masing kita kembali bertanya, "siapa kau sebenarnya?"
Apa yang salah dengan cinta?
Mendung kelabu pekat perlahan memuramkan indah senja di hatimu yang jingga. Mata inipun tak kalah pedihnya menahan hembus udara, yang lalu-lalang menghunus pedang. Tatap muka yang kerap melahirkan cakap-ucap lucu, kini menjadi langka dalam narasi panjang berdua. Narasi yang sebenarnya belum pula usai ditulis jadi skenario agung sarat rahasia. Tapi kenapa pelan-pelan pensil itu patah kita gigiti? Bisanya hanya menggerutu saja, sambil kesakitan menahan deru rindu yang takluk dibungkam benci nan pasi.
Apa yang salah dengan cinta?
Adakah yang salah dengan cinta, Cinta? Kita tampik saja adanya, tanpa pernah mau tahu jasanya. Jasanya menyatukan beda, mengusir duka, menyepuh luka, melukis tawa, mengendap makna, menuai asa... ya? Ciuman mesra itu, jujur saja, selalu membuatku rindu. Jugakah kau? Lagi-lagi langkah kaki harus merantau sendiri-sendiri. Dan pedati teronggok kosong hampir longsor ke sungai.
Apa yang salah dengan cinta?
Kita cuma bisa bertanya
Sebuah perkenalan pada suatu sore yang sejuk, menautkan dua wajah dalam satu wadah. Dari setitik ketidaktahuan bergulir dan menggelinding perlahan menjelma segumpal pemahaman. Jabat tangan selalu berhasil mengusir kesusahan. Adalah sebentuk kecintaan, yang lalu menjadikannya sekadar waktu luang atau bahkan sebesar-besar pengorbanan.
Apa yang salah dengan cinta?
Seutas benang waktu mengubah cara pandang masing-masing anak manusia. "Siapa kau sebenarnya?", desah suara dalam sukma yang bertanya-tanya. Kebingungan yang membikin kejangkitan, menikmatinya perlahan-lahan seperti seruput kopi pekat di tengah malam dingin laknat. Aku yang kaget hampir mati, ketika sontak kau pegang saja tangan ini. Ah... sesederhana itu rasa cinta datang, tanpa pernah lebih dulu beruluk salam. Kejangkitan kebingungan, kejangkitan kebingungan!
Apa yang salah dengan cinta?
Lalu perlahan satu-dua-tiga pertanyaan muncul ke permukaan. Menantang nalar menjadi belati, menantang hati menjadi akar. Benarkah aku mencintaimu, benarkah begitu? Benarkah kau mencintaiku, akankah selalu? Kita melangkah gontai pada seutas tali yang bisa putus kapan saja. Terbata-bata mendoa, atau bertanya pada diri yang mengada. Dan lalu masing-masing kita kembali bertanya, "siapa kau sebenarnya?"
Apa yang salah dengan cinta?
Mendung kelabu pekat perlahan memuramkan indah senja di hatimu yang jingga. Mata inipun tak kalah pedihnya menahan hembus udara, yang lalu-lalang menghunus pedang. Tatap muka yang kerap melahirkan cakap-ucap lucu, kini menjadi langka dalam narasi panjang berdua. Narasi yang sebenarnya belum pula usai ditulis jadi skenario agung sarat rahasia. Tapi kenapa pelan-pelan pensil itu patah kita gigiti? Bisanya hanya menggerutu saja, sambil kesakitan menahan deru rindu yang takluk dibungkam benci nan pasi.
Apa yang salah dengan cinta?
Adakah yang salah dengan cinta, Cinta? Kita tampik saja adanya, tanpa pernah mau tahu jasanya. Jasanya menyatukan beda, mengusir duka, menyepuh luka, melukis tawa, mengendap makna, menuai asa... ya? Ciuman mesra itu, jujur saja, selalu membuatku rindu. Jugakah kau? Lagi-lagi langkah kaki harus merantau sendiri-sendiri. Dan pedati teronggok kosong hampir longsor ke sungai.
Apa yang salah dengan cinta?
Kita cuma bisa bertanya
Yogyakarta, 13 November 2009