Mirzmade

ikhtiar memelihara klangenan bernama aksara

21.58

Peta Buta

Diposting oleh Damar Nugrahono Sosodoro |

Cicak-cicak masih sibuk menggerutu
dari balik plafon di losmen tempat kita bermalam
Diiringi berisik tik-tik-tik dari bak mandi itu
Jangan bodoh, mana ada tukang pipa 24 jam?

Tapi tak satupun, ya, tak satupun dari mereka mengerti
ihwal kemana dan kenapa ada perjalanan panjang ini

Kita bisa singgah dan istirah di pantai atau bukit yang indah
Kita bisa sesekali kalah berjudi, hampir hilang kau punya jari!
Kita bisa ziarah ke makam kyai, presiden, simbah, atau siapalah
Kita bisa kehabisan bensin di tengah bulak yang sunyi

 …atau semalaman berpelukan di balik selimut tipis ini?

Aspal keras dan panas yang kita susuri, mengular
seperti dua puluh sekian senti helai rambutmu
yang tertinggal di atas bantal

Aih lelaki, jangan harap ada kopi pagi
tanpa cium, senyum, dan lesung di pipi!

Yang buta adalah peta
Yang antah-berantah adalah cinta…

Bila nanti tak kau temukan jalan pulangmu
lantas maukah kau tersesat bersamaku?


Selama masih ada siang dan malam
Selama masih ada pagi dan petang
Selama mulut masih fasih berbahasa
Selama telinga masih sudi terbuka?

Ya…
selama masih ada aku
selama masih ada kamu

Yogyakarta, 2 April 2014

Subscribe